Rabu, 11 Februari 2009

Eropa Abad Pertengahan (bag 3) GILDA

1. Pendahuluan
Ada perubahan yang sangat radikal terjadi di eropa dalam kisaran abad XI. Perdagangan skala besar berkembang pesat di kota-kota perdagangan, baik yang dulu (era yunani romawi kuno) pernah ada ataupun yang baru saja muncul. Sepertihalnya telah kita ketahui bersama bahwa perekonomian abad pertengahan disandarkan pada bidang agraris, pada abad XI orientasi itu berubah menjadi perekonomian uang atau perdagangan. Konsekuensinya, muncul kota-kota dagang berikut di dalamnya terdapat gilda-gilda atau perkumpulan-perkumpulan profesi; meliputi pedagang, pekerja, maupun para seniman.
Kemunculan kota dagang di eropa dimungkinkan mengingat semakin pesatnya iklim perdagangan yang ada di dunia. Di wilayah arab, kota Bagdad, Kairo, Damaskus tumbuh menjadi sentra perdagangan. Di Konstantinopel, yang merupakan jembatan perdagangan Timur dan Barat, industri manufaktur sutera serta perhiasan mewah berkembang pesat. Sementara itu, perdagangan rempah-rempah kian marak, menyusul teridentifikasikannya maluku sebagai daerah penghasil rempah-rempah terbesar di dunia.
Pendirian gilda menjadi pilihan mengingat iklim belum sepenuhnya imune dari ancaman-ancaman tindakan kekerasan ataupun perampokan. Mengingat, abad pertengahan yang di dalamnya terdapat perang salib, menyisakan nuansa militeristik yang sangat kental. Oleh karenanya, gilda didirikan untuk melindungi kepentingan-kepentingan pihak penyangga kepentingan yang ada dalam gilda tersebut.
Menurut Lukas gilda teridentifikasi menjadi dua berdasar skala usahanya. Gilda kecil mengurusi kebutuhan lokal serta memproduksi dari bahan baku lokal serta skalanya produksinya relatif kecil. Yang kedua adalah gilda besar yang memiliki skala usaha besar, termasuk pengambilan bahan baku serta pemasaran ke luar wilayah eropa. Pada gilirannya, gilda skala besar membentuk sebuah sistem perusahaan yang rapi beserta pembagian kerja-kerjanya. Dan sekiranya, kapitalisme hendak diteguhkan dimulai dari periode ini.
2. Pembahasan
2.1. Faktor-faktor Kemunculan Gilda
Perubahan orientasi ekonomi ini membentuk kekuatan baru dalam masyarakat selain Bangsawan yang berada di kastil-kastil dan para seignor atau tuan tanah di pedesaan. Kemunculan gilda-gilda pada saat itu bukan tanpa gangguan. Para bangsawan dan pemerintah merasa khawatir jika gilda-gilda tumbuh berkembang dengan pesat, mengingat mereka membangun kekuatan solidaritas berdasar profesi dan bahkan ada yang membuat kekuatan militer sendiri . Seakan ada negara dalam negara, dan hal itu sepertinya tidak dibiarkan oleh pemerintah di masing-masing negara eropa. Tekanan melalui undang-undang maupun tindakan represif dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah pesatnya pertumbuhan gilda.
Dalam bidang perdagangan, kemunculan kota-kota dagang tersebut dimungkinkan mengingat semakin meningkatnya industri manufaktur di dunia arab dan migrasi suku-suku skandinavia ke wilayah eropa lain (Prancis, Jerman, Inggris) sembari melakukan perampokan sekaligus berdagang. Demikian, hal ini juga didukung oleh jalur transportasi yang baik. Jalan darat sisa-sisa kekaisaran romawi digunakan oleh pedagang untuk masuk ke desa-desa pertanian di seluruh eropa. Selain itu, jalur sungai, selat, dan laut juga digunakan untuk mengantar barang dagangan lintas daratan.
Jalur laut dapat diidentifikasikan mulai dari samudra atlantik, melewati laut mediterania, menembus laut hitam hingga sampai ke konstantinopel. Kota-kota yang dilewati sepanjang perjalanan tumbuh dan berkembang menjadi kota pedagangan pesisir. Demikian juga, didalam kota tersebut tumbuh pesat gilda-gilda.
2.2. Gilda Pedagang, Pekerja, dan Seniman
Gilda perdagangan (XI-XII) memiliki tujuan utama untuk saling membantu untuk melindungi diri mereka dalam masyarakat yang diwarnai banyak tindakan kekerasan dan terkadang kebrutalan. Mereka membangun ikatan kolektif sesama profesi sekaligus membuat peraturan-peraturan tersendiri yang berlaku ke dalam misalnya iuran anggota guna menyokong kepentigan-kepentingan anggota (anak sakit, mahar anak perempuan, panti asuhan). Selain itu, gilda perdagangan juga memperjuangkan golongannya dalam perjuangan politik level negara.
Gilda Pekerja (XIII) Respon pemerintah yang bekerjasama dengan gilda pedagang menggunakan kekerasan untuk menghadapi kekuatan gilda pekerja. Kendali pemerintah dilakukan melalui penetapan ketentuan hukum dalam hal pelarangan berdirinya gilda-gilda pekerja. Misalnya di Belanda pada abad XIV, pemerintah melarang segala bentuk organisasi gilda pekerja/pengrajin di dalam wilayah yuridiksinya. Demikian halnya di duke of Brabant, pemerintah tidak hanya mengeluarkan larangan, tetapi sampai menginstruksikan kepada tentara untuk mengubur hidup-hidup lima pemimpin gilda yang ada di daerah tersebut. Hal tersebut dilakukan mengingat kekuatan pekerja sering melakukan protes terhadap para pemilik modal atas nasib-nasibnya sebagai buruh. Namun yang menarik, terdapat tangga karir dalam skema perburuhan dalam perusahaan kerajinan pada saat itu. Untuk bekerja, seseorang calon pekerja harus masuk dahulu sebagai pemagang. Setelah dipandang baik, maka statusnya naik menjadi pekerja harian atau sering disebut Journeyman. Upah yang terakumulasikan akan menjadi modal untuk membuka usaha kerajinan sendiri, dan dengan begitu ia telah menjadi seorang Master.
Gilda seniman atau perkumpulan seniman dimungkinkan mengingat iklim kebebasan dirasakan begitu besar pada saat itu. Sebagai contoh, di Firensze, keluarga Medici menanggung sepenuhnya biaya hidup para seniman. Medici adalah bangsawan dan pedangan terbesar di kota itu. Gilda pedangan menjamin keamanan para seniman dari tekanan-tekanan gereja. Dengan kebebasan besar itu, seniman bisa berkumpul dan mendirikan gilda-gilda seni yang mengangkat nama banyak seniman terkenal. Melalui gilda ini seniman mendelegasikan pekerjaan, bekerja sama, hingga mendidik bakat-bakat baru.
2.3. Awal Kapitalisme
Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, gilda teridentifikasi menjadi dua berdasar skala usahanya; Gilda kecil dan Gilda besar. Gilda kecil biasanya memproduksi kebutuhan sehari-hari penduduk lokal misalnya roti, sepatu, sepatu kuda, serta tukang kayu, tukang batu dalam gilda pekerja. Sementara Gilda besar memproduksi barang-barang yang laku keras di pasaran dunia. Konsekuensinya dari produksi besar tersebut adalah pengambilan bahan baku dari luar wilayah. Kemudian muncul ekspedisi-ekspedisi untuk mencari daerah-daerah penghasil bahan baku semisal sutera di cina dan rempah-rempah di India dan maluku. Pada awalnya, gilda hanya membutuhkan modal sedikit. Namun ketika industri ini diperluas, seiring permintaan yang meningkat , maka dibutuhkan modal yang besar pula. Oleh karenanya, yang menguasai industri manufaktur pada saat itu tak lain adalah para pedagang yang memiliki modal besar.
Industri besar berkembang di negara-negara italia utara dan negeri-negeri bertanah rendah. Di Lucca menjual kain sutra skala besar kepada pedagang eropa utara. Milan terkenal dengan industri besi, venesia menghasilkan kain brokat, Hamburg memproduksi bir, Amsterdam Ikan, dan Bordeaux dengan produksi anggurnya. Semakin besar perusahaan, semakin rumit tata aturan organisasi perusahaan. Sebagai contoh, industri kain wol di Italia mengerjakan kain wol dengan dicuci, disikat, diminyaki. Selanjutnya kain wol harus dipintal, disisir dan digulung. Setelah itu, kain harus ditenun, disusutkan, dicelupkan, dan disempurnakan, demikian seterusnya hingga kain sampai pada konsumen. Proses produksi yang panjang yang membutuhkan uang untuk membeli bahan baku dan bahan pewarna serta proses penjualan hingga sampai pada tangan pembeli sungguh panjang dan rumit. Oleh karenanya dibutuhkan modal yang tidak sedikit serta pengaturan menejemen perusahaan yang mumpuni. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh pemegang modal yang besar dengan menggaji para ahli-ahli dibidangnya. Muncullah kemudian diferensiasi yang jelas antara pekerja/buruh dan pemilik perusahaan atau pemodal. Menurut Lukas , disinilah Kapitalisme, dalam arti penggunaan uang sebagai komoditi dalam manufaktur dan perdagangan, berkembang pesat.


3. Kesimpulan
Perubahan orientasi ekonomi masyarakat eropa dari agraris ke uang / perdagangan menghasilkan kota-kota dagang dan gilda-gilda. Peralihan konsentrasi dari negara ke organisasi-organisasi profesi ekonomi membawa perubahan kontestasi kekuasaan. Absolutisasi Pemerintah dan gereja tergeserkan dengan kekuatan-kekuatan ekonomis gilda-gilda. Sementara gilda-gilda sebagai kongsi / perkumpulan terus berkembang, dibutuhkan akumulasi modal yang besar, sehingga memerlukan alat pembayaran berupa uang yang mudah untuk dibelanjakan sekaligus diakumulasikan. Sejalan dengan itu, muncul pemilik modal besar yang menguasai berbagai industri manufaktur di eropa yang mempekerjakan orang dengan imbalan upah. Lahirlah kapitalisme yang seiring dengan itu muncul kolonialisme sebagai bagian dari pencarian bahan baku industri manufaktur.


Daftar Pustaka
Buku
Henry S. Lukas. 1993. Sejarah Peradaban Barat Abad Tengah. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana (terjemahan)
Nasution Dj. Q. 1961. Sejarah Eropa IV. Bandung: KPPK.

Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Renaisans
http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=104&fname=sej201_07.htm
http://makalah-ibnu.blogspot.com/2008/10/asas-asas-hukum-dagang.html

Tidak ada komentar: