Rabu, 11 Februari 2009

Eropa Abad Modern (bag 1) REVOLUSI INDUSTRI

1. Pendahuluan
Dalam kajian Sejarah kita mengenal dua dimensi: dimensi spasial (ruang) dan dimensi waktu. Dimensi waktu berbicara soal perjalanan gerak sejarah dalam aktivitasnya di dalam dimensi ruang. Hal ini merupakan bagian integral dari perjalanan konsep waktu secara umum, masa lalu, kini, dan masa depan. Di dalam dimensi waktu dalam sejarah, dikenal istilah Periodisasi yang merupakan usaha pemilahan dan pembatasan beberapa cakupan waktu dalam periode-periode tertentu. Penentu atas penentuan macam periodisasi meliputi kategori-kategori sistem kehidupan serta momentum-momentum yang mengikutinya. Khusus dalam hal momentum, hal ini biasanya menjajikan sebuah kemudahan untuk menentukan pijakan waktu, di mana era lama diselesaikan dan era baru dimulai.
Layaknya dua sisi dalam kepingan koin, istilah Industri dan Modern dalam sejarah Eropa sering dikait-kaitkan dan cenderung identik satu sama lain. Hal ini beralasan mengingat definisi modern yang just now hendak meninggalkan masa ancient seraya berbanding lurus dengan Industri yang hendak meninggalkan pra Industri. Menurut Healton, Lima abad sesudah Zaman Pertengahan merupakan merupakan titik awal Zaman Modern yang ditengarai dengan penggunaan mesin uap dan berbagai mesin logam lain dalam dunia industri di Inggris. Berawal dari penemuan dan penggunaan mesin uap untuk pertambangan batu bara, penggunaan mesin-mesin logam mulai menyeruak diberbagai industri manufaktur di seluruh eropa. Penggunaan mesin dalam industri sekaligus menggantikan fungsi-fungsi tenaga kerja manusia. Lebih jauh, penggantian penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin dalam industri-industri manufaktur eropa akhir abad 18 kemudian disebut sebagai Revolusi Industri. Tidak hanya membawa dampak pada motivasi efisiensi dan efektifitas produksi, lebih lanjut, perubahan masif tersebut membawa dampak-dampak sosial ekonomi di eropa dan di dunia secara umum.

2. Pembahasan
2.1. Latarbelakang
Revolusi dalam konteks apapun selalu digunakan untuk menjelaskan sebuah lompatan radikal dari sebuah masa ke masa yang lain. Ada unsur perubahan, pendobrakan, perombakan, pembaharuan, dan terkadang diwarnai oleh friksi-friksi antara kelas/golongan. Hal lain yang mencirikan sebuah revolusi adalah kesan mendadak dan seketika tanpa ada langkah-langkah bertahap layaknya “evolusi”. Antara revolusi dan evolusi sebenarnya memiliki keterkaitan. Revolusi dapat dimaknai lompatan terakhir atas rentetan tahapan yang telah dibangun secara evolutif.
Sejak zaman purba, manusia memiliki kecenderungan untuk membuat alat dalam proses menuju sebuah tujuan. Alat yang dimaksud bisa berupa organisasi kerja, proses-proses kerja, dan alat sebagai sebuah benda (alat bantu/pesawat sederhana). Karena manusia adalah mahluk pemikir (homo sapiens) selain sebagai manusia tukang (homo faber), seiring perkembangan waktu maka kreasi-kreasi perbaruan alat selalu dilakukan. Tahapan evolusi manusia hingga abad 18 kiranya sudah sampai pada tahapan yang mencukupi untuk dikatakan civillized. Mengingat organisasi-organisasi persekutuan sosial, organisasi produksi, organisasi politik sudah lama berdiri. Khusus dalam hal organisasi produksi, pada abad 18 di eropa telah mengalami lompatan yang cukup signifikan. Seiring dengan kemunculan gilda-gilda yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari industri rumah tangga dan sistem-sistem Factory (perusahan/pabrik), alat-alat berupa mesin-mesin logam bermunculan. Semangatnya berkisar pada perbaikan kualitas hidup, lebih spesifik lagi pada pemenuhan prinsip-prinsip efisiensi dan efektifitas dalam produksi. Sebuah revolusi baru manusia telah dimulai dengan lebih khusus berkutat dengan hal industri. Oleh karenanya, Revolusi Industri pada abad 18 di Eropa telah menapaki babak pertama.
Secara otomatis, Revolusi Industri ini telah berdampak pada bidang-bidang ekonomi, karena alat-alat baru yang dikembangkan merupakan bagian dari usaha-usaha pengembangan industri manufaktur eropa. Namun, selain bidang ekonomi, Revolusi Industri juga membawa implikasi-implikasi dalam bidang sosial, karena relasi antar manusia menjadi terpengaruh atasnya.

2.2. Pengaruh Bidang Ekonomi
Penemuan mekanik-mekanik untuk mendukung sebuah institusi produksi seakan menyambut periode sebelumnya di mana Gilda-gilda ekonomi telah berkembang di awal renaisans. Bisa dikatakan Revolusi Industri semakin memasifkan perkembangan industri manufaktur kala itu. Karena tenaga kerja manusia diganti dengan tenaga mesin, karena struktur produksi semakin mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi, hal ini membawa pengaruh tersendiri tehadap semakin pesatnya industri manufaktur di eropa. Produksi barang yang dilakukan secara efisien telah membuka peluang laba besar guna perluasan-perluasan daerah pemasaran lebih lanjut. Semakin besar perusahaan, semakin rumit tata aturan organisasi perusahaan. Sebagai contoh, industri kain wol di Italia mengerjakan kain wol dengan dicuci, disikat, diminyaki. Selanjutnya kain wol harus dipintal, disisir dan digulung. Setelah itu, kain harus ditenun, disusutkan, dicelupkan, dan disempurnakan, demikian seterusnya hingga kain sampai pada konsumen. Proses produksi yang panjang dan berjenjang semakin detail, membutuhkan peralatan-peralatan sebagai piranti kemudahan. Alat-alat mekanik harus ditemukembangkan untuk mendukung hal tersebut.
Kita bisa mengambil contoh dari kasus kreativitas pengembangan industri besi. Sejak awal “Jama Besi” yang ditandai dengan keahlian peleburan biji besi yang pertama terjadi pada bangsa Hittit di Asia Minor (sekarang Turki) sekitar tahun 1400, perkembangan industri berbasis besi terjadi secara meyakinkan pada pertengahan abad 18. Perkembangan pesat ini dimungkinkan karena adanya tiga kebutuhan besar pada waktu itu : Pertama karena adanya perang yang membutuhkan bermacam senjata yang terbuat dari besi dan logam-logam yang lain. Kedua yakni tampilnya industri uap yang mengolah batubara. Ketiga adalah kebutuhan yang paling besar dan merupakan akibat dari kebutuhan yang kedua. Penggunaan tenaga uap menuntut konstruksi-konstruksi yang lebih kuat tidak hanya untuk mesin-mesin itu sendiri, tetapi juga untuk pabrik-pabrik, alat-alat pengangkutan, dsb.
Perkembangan industri melalui pendirian pabrik-pabrik manufaktur tidak akan berkembang begitu pesat tanpa adanya komunikasi dengan konsumen yang membutuhkan barang produksi, pun dalam hal penyajian bahan baku. Bahkan sejak awal pendirian gilda-gilda di Eropa, perluasan wilayah pasar dan penemuan, pembelian bahan baku secara langsung dari daerah penghasil membutuhkan alat transportasi dan perawatan dan pembuatan jalur-jalur distribusi. Di Inggris, pada abad 18, jalan-jalan bekas yang dibangun pada masa kekaisaran Romawi masihlah tetap eksis. Namun kondisinya tidak terlalu memungkin untuk dilalui secara baik. Oleh karenanya, program perbaikan jalan-jalan di Inggris secara masif dilakukan, selain membuat jalan-jalan baru. Di Inggris, pada abad 17 di beberapa kota teradapat beberapa pedagang yang mulai melancarkan usaha perbaikan keadaan yang merintangi usaha kemajuan perdagangan di kota mereka. Dengan persetujuan parlemen, dibentuklah badan-badan hukum yang disebut “Turnpike Trust” dan yang diberi tugas memelihara sejumlah jalan dalam distrik mereka. Kemudian untuk membiayai perbaikan itu dibangun pintu-pintu pabean (semacam portal dimana pengguna jalan diwajib membayar retribusi setiap akan melewati jalan tersebut).
Selain perbaikan jalur raya darat, diinisiasikan pula penggalian-penggalian terusan di atas tanah Inggris yang berbukit. Penggalian terusan dilakukan untuk menjawab mahalnya perjalanan jalur darat lewat jalan raya, dan lamanya pelayaran yang cenderung memutar karena terhalang daratan yang sebenarnya sempit.
Namun, perkembangan mutakhir atas alat transportasi dan sarana distribusi adalah transportasi darat dengan kereta dari kuda yang menggunakan rel besi. Pada tahap awal, di Inggris sistem ini baru berkembang sejak awal abad 18 di Newcastle dan Wales untuk melayani pertambangan batubara dan batu tulis. Pada akhirnya, tahun 1811 dibangun sebuah mesin uap kerata oleh Murray dan Blenkinsop yang bisa menarik 27 kereta namun dengan kecepatan 5 km per jam.

2.3. Pengaruh Bidang Sosial
Tidak semua lapisan atau golongan masyarakat memainkan peranan yang sama aktifnya dalam proses industrialisasi, demikian pula kehidupan sosial mereka tidak mengalami pengaruh merusak yang sama intensifnya dari proses itu. Senyatanya terdapat golongan-golongan yang sebelum Revolusi Industri telah kaya raya, pada masa Revolusi Industri semakin kaya tanpa andil besar mencipta sendi-sendi pembentuk Revolusi Industri. Di Inggris, golongan itu misalnya para Tuan Tanah dan Pedagang. Pendapatan para tuan tanah semakin meningkat seiring dengan permintaan tanah yang naik akibat proses perluasan kota-kota perindustrian. Ganti rugi lahan akibat dikeruk untuk terusan, belum lagi soal peluang tanah mereka menyimpan batu bara atau besi. Secara jelas dapat dikatakan bahwa para tuan tanah tidaklah menyumbangkan secara signifikan kemajuan-kemajuan industri tetapi justru mendapati keuntungan yang besar akibat kreasi-kreasi industri kala itu.
Sementara itu, muncul golongan menengah, di mana terdiri dari pengusaha-pengusa yang baru yang muncul dari bawah. Merekalah tokoh-tokoh industri saat itu, misalnya usahawan kecil, pemilik bengkel atau toko; pemilik sebidang tanah sederhana dengan pengalaman dalam menyelenggarakan industri rumahan, bahkan buruh yang cakap dan yang dari mandor menjadi pemilik bengkel yang dapat dikembangkannya dengan meminjam sedikit kapital, dan orang-orang lain semacam itu.
Golongan baru lain yakni semacam “captains of industry” orang-orang yang memiliki keahlian. Merekalah misalnya para ahli pembuat instrumen/alat, pengasah lensa, arsitek, pelukis, pemahat, dsb. Sementara golongan yang tetap ada dari pra Revolusi Industri adalah massa buruh bukan ahli. Namun bedanya, pada masa Revolusi Industri ini, golongan buruh bukan ahli jumlahnya semakin meningkat menyusul meluasnya bidang-bidang produksi pabrik serta meningkatnya jumlah permintaan barang. Tidak seperti golongan-golongan lain yang mendapati keuntungan besar dari Revolusi Industri, alih-alih sempat meningkatkan kesejahteraan, para buruh bukan ahli tetap saja menjadi golongan yang tereksploitasi oleh pabrik-pabrik “buatan” zaman Revolusi Industri. Namun, tanggungjawab perkara ini tidak sepenuhnya pada Revolusi Industri. Ada banyak faktor yang melingkupinya, salah satunya kebijakan perundang-undangan yang ada.

3. Penutup
Sepertihalnya telah diuraikan di muka, bahwa Revolusi Industri adalah bagian dari periodisasi sejarah eropa. Menjadi periodisasi tersendiri karena Revolusi Industri membawa masyarakat eropa pada zaman baru, zaman modern, zaman di mana yang lama ditinggalkan dan yang baru dimulai. Penemuan-penemuan alat-alat mesin serta perluasan daerah-daerah industri secara masif merupakan tanda-tanda zaman baru tersebut. Selain itu, penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin tidak kemudian mempersempit lapangan kerja para pekerja, karena seiring semakin pesatnya pertumbuhan penduduk, hal ini syukurnya dibarengi dengan semakin meluaskan industri-industri manufaktur yang memerlukan tenaga kerja tidak sedikit.
Namun, dari Revolusi Industri paling tidak kita dapat belajar dari munculnya golongan menegah dan para buruh ahli pada waktu itu. Merekalah sebenarnya yang menjadi aktor utama atas Revolusi Industri ini, bukan para tuan tanah, bukan pedagang, bukan penguasa pemerintahan, dan buka juga pegawai gereja.



Daftar Pustaka

W.J. van der Meulen. S.J. Belajar dari Lahirnya Industrialisasi di Eropa. Jakarta: Yayasan Kerjasama Perguruan Tinggi Katolik Jakarta.

Nasution Dj. Q. 1961. Sejarah Eropa IV. Bandung: KPPK.

Tidak ada komentar: